05 Februari 2011

Asal Nama Borneo / Kalimantan

Sebagai generasi muda yang tinggal di Pulau Kalimantan pernah berpikir asal mula nama Kalimantan ( Borneo dulu) sehingga perlu diketahui dari beberapa opsi yang ada :
• Pertama.
Borneo dari kata Kesultanan Brunei Darussalam yang sebelumnya merupakan kerajaan besar dan luas (mencakup Serawak dan sebagian Sabah karena sebagian Sabah ini milik kesultanan Sulu-Mindanao. Para pedagang Portugis menyebutnya Borneo dan digunakan oleh orang-orang Eropa. Di dalam Kakimpoi Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 Kerajaan Brunei kuno disebut "Barune", sehingga ada pula yang menyebutnya "Waruna Pura". Namun penduduk asli menyebutnya sebagai pulo Klemantan.
• Kedua.
Menurut Crowfurd dalam Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856), kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.

• Ketiga.
Menurut Dr. B. Ch. Chhabra dalam jurnal M.B.R.A.S vol XV part 3 hlm 79 menyebutkan kebiasaan bangsa India kuno menyebutkan nama tempat sesuai hasil bumi seperti jewawut dalam bahasa sanksekerta yawa sehingga pulau itu disebut yawadwipa yang dikenal sebagai pulau Jawa sehingga berdasarkan analogi itu pulau itu yang dengan nama Sansekerta Amra-dwipa atau pulau mangga.
• Keempat.
Menurut dari C.Hose dan Mac Dougall menyebutkan bahwa kata Kalimantan berasal dari 6 golongan suku-suku setempat yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya, Klemantan, Munut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), C Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu.
• Kelima.
Menurut W.H Treacher dalam British Borneo dalam jurnal M.B.R.A.S (1889), mangga liar tidak dikenal di Kalimantan utara. Lagi pula Borneo tidak pernah dikenal sebagai pulau yang menghasilkan mangga malah mungkin sekali dari sebutan Sago Island (pulau Sagu) karena kata Lamantah adalah nama asli sagu mentah.
• Keenam.
Menurut Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Sriwijaya (LKIS 2006), kata Kalimantan bukan kata melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Kalimantan atau Klemantan berasal dari Sanksekerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan
• Ketujuh.
 Dalam hal Borneo / Kalimantan, masalahnya sesungguhnya sangat sederhana: nama aslinya Kalimantan, sedangkan nama Borneo itu berasal dari salah kaprah musafir Eropa yang menyangka Kesultanan Berunai dalam abad ke-16 menguasai seluruh pulau itu sehingga nama kesultanan yang dialihkan jadi Borneo lafalnya itu dianggap nama seluruh pulau. Tetapi kemudian ada sedikit komplikasi akibat peristiwa konfrontasi Indonesia/Inggeris-Malaysia permulaan tahun 1960-an kemarin, akhirnya timbul anggapan, bahwa nama pulaunya Borneo, sedangkan nama bagian Indonesianya Kalimantan. Letak persoalan sesungguhnya sudah pernah dikabarkan oleh J. Hunt dalam satu laporan berjudul Sketch of Borneo, or Pulo Kalamantan yang diserahkan pada tahun 1812 kepada Thomas Stamford Raffles, dan pernah dipublikasi dalam lampiran II terbitan: Henry Keppel, 1846, The Expedition to Borneo of H.M.S. Dido for the Suppression of Piracy, vol. 2. London: Chapman & Hall (lih. sana hlm. xvii). yang bisa saya kutip sbb.: The natives and the Malays, formerly, and even at this day, call this large island by the exclusive name of Kalamantan, from a sour and indigenous fruit so called. Borneo was the name only of a city, the capital of one of the three distinct kingdoms on the island. When Magalhaens visited it in the year 1520, he saw a rich and populous city, a luxuriant and fertile country, a powerful prince, and a magnificent court: hence the Spaniards hastily concluded that the whole island, not only belonged to this prince, but that it was likewise named Borneo. Keterangan ini mengandung beberapa kekeliruan, yaitu (a) yang berbuah kecut itu bukan pohon setempat yang bernama kalamantan, melainkan yang bernama berunai; (b) waktu ekspedisi pelayaran kitar bumi yang dipimpin oleh Magellan mencapai Berunai, beliau sendiri sudah mati, karena tewas dalam pertempuran dengan orang Sugbu (Cebuano) di Filipina, sedangkan yang melaporkan kedatangan di Berunai itu Anthonio Pigafetta yang menulis buku harian (di mana nama kesultanan ditulis Burné). Tetapi keterangan utama mengenai penamaan pulau itu tepat. Kalau saya tidak salah ingat, keterangan tentang nama Kalimantan sebagai nama asli seluruh pulau terdapat juga dalam buku harian Raja Brookes, tapi belum sempat saya mencarinya. Dalam beberapa peta Atlas karangan ahli Belanda untuk sekolah berbahasa Melayu dalam abad ke-19, pulau yang bersangkutan juga dinamakan Kalimantan. Dan, kalau saya juga tidak salah ingat, ada publikasi Gabriel Ferrand dalam bahasa Perancis pada awal abad ke-20 ini yang juga menyebut Kalimantan sebagai nama asli seluruh pulau. Nama Kalimantan itu rupanya sudah terdapat dalam sastra lama Melayu, yaitu misalnya, kalau tidak salah ingat, dalam Hikayat Hang Tuah. Bagaimana terjadinya Borneo? Dalam sejumlah bahasa Austronesia dalam kawasan yang mencakup Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, dan Sumatra, terdapat nama pohon yang berasal dari entuk induk *BuRnei, misalnya Cebuano bugnáy "jenis pohon, Antidesma bunius" Makassar bunne "jenis pohon, Antidesma sp." Sasak burne "jenis pohon, Antidesma bunius" Jawa wuni "jenis pohon, Antidesma bunius" Melayu buni "jenis pohon, Antidesma bunius" Sesungguhnya, dalam bhs. Melayu seharusnya *burni, tapi pertemuan konsonan di tengah kata seperti rn ini kerap kali menyederhana menjadi n. Selain itu, dalam salah satu bahasa atau logat rupanya ada bentuk burnai yang kemudian dipinjam ke dalam bahasa Melayu, tetapi kumpulan konsonan di tengah itu tidak hilang, melainkan mengalami metatesis yang kemudian disertai epentesis, sehingga dari *burnai liwat *brunai terjadi berunai "jenis pohon, Antidesma meurocarpum". Dari nama pohon inilah kiranya terjadi nama Kesultanan Berunai itu (sekarang lebih lazim diejakan Brunei). Adapun, mengingat nama yang kita kenal ini pernah mengalami metatesis, bisa dibayangkan bahwa nama itu pernah ada juga yang menyebutnya burnai. Khususnya, dalam satu sumber bahasa Arab nama itu kabarnya tercantum sebagai bornay. Adapun mengingat bahwa tulisan Arab jarang menyertakan tanda-tanda noktah (yang menunjuk bunyi vokal) maka mungkin juga pernah terjadi pertukaran tempat vokal itu antara brunay, burunay, burnay, dsb. (lihat Gabriel Ferrand, 1913, Relations de voyages et textes géographiques arabes, persans et turks relatifs a l'Extrême-Orient du VIIIe au XVIIIe siècles, tome I. Paris: Leroux ). Mengingat bahasa Melayu pun waktu itu memakai surat Jawi (yang berdasarkan abjad Arab) maka tidaklah mustahil kalau musafir Eropa dulu, kalau mendapatkan keterangannya dari sumber tertulis, mudah mempertukarkan tempat bunyi vokal. (perlu diingat bahwa pada akhir Abad Pertengahan dan permulaan Renaissance, kepandaian membaca huruf Arab di kalangan terpelajar di Eropa cukup tersebar luas). Salah satu sumber Eropa yang paling tua adalah memuar berbahasa Italia seorang musafir bernama Ludovico di Varthema, yang pernah mengunjungi Indonesia pada tahun 1505: <<Arrivati che fossemo nella insula Bornei, la qual e` distante da Monoch circa CC miglia, ...>> artinya: "Setelah kami tiba di pulau Bornei, yang jaraknya dari Monoch itu sekitar 200 mil, ..." Ini kiranya mil laut yang panjangnya pada jaman itu saya kurang tahu, dan bukan mil darat yang kita kenal yang 1.6 km. Yang dimaksud dengan Monoch itu ialah yang dalam Nagarakrtagama karangan Prapanca dinamakan Maloko, dalam sumber-sumber Arab seperti misalnya Ibn Batuta dinamakan Muluk, dan dalam sumber Portugis seperti Duarte Barbosa dan Gaspar Correa, dan begitu pun dalam buku harian Anthonio Pigafetta yang berbahasa Perancis lama, dinamakan Maluco, yaitu kelima pulau cengkeh: Bacan, Makian, Mutir, Ternate dan Tidore. Nama ini, yang dalam bahasa Belanda menjadi Molukken, dalam masa administrasi kolonial Belanda diperlebar artinya sampai mencakup semua pulau-pulau antara Sulawesi dan Irian, dan pengertian inilah yang tercermin dalam pemakaian nama Maluku dalam bahasa Indonesia sekarang Sumber-sumber Eropa lebih lanjut dalam abad ke-16 menunjukkan ejaan sebagai berikut: Burné (Pigafetta) Bornei (Barbosa) Borneo (Correa). Dari ini gamblanglah riwayatnya perkembangan dari nama Berunai menjadi Borneo itu. By Blogger http://borneoinlove.7.forumer.com/a/asal-usul-kata-dayak-kalimantan-dan-borneo_post105.html
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap tidak memberikan komentar spam. Jika ada komentar spam dengan sangat terpaksa akan saya hapus.

Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan blog ini saya persilahkan post di kolom komentar ajah

Terimakasih atas perhatiannya.

Hosting Gratis
Powered By Blogger